A.
Sejarah
Konseling Keluarga.
Sejarah
perkembangan konseling keluarga di dunia berasal dari daratan Eropa dan Amerika
Serikat. Awal permulaan pada abad-20 berasal dari Eropa, namun perkembangan
yang lebih semarak adalah pada tahun 60an dan seterusnya di Amerika Serikat.
Perbedaan yang mencolok ialah bahwa aliran Amerika Serikat telah
berorientasiteoritis (academic setting) misalnya dengan menganut
aliran-aliran dalam psikologi terkenal, sedangkan Eropa hanya berawal dari
praktisi (para dokter erutama dokter kandungan) tanpa memikirkan aspek
teoritisnya.
1)
Perkembangan
awal di Eropa dan Amerika.
Pada
tahun 1919 yakni sesudah perang dunia I,
Magnus Hirschfeld mendirikan klinik pertama untuk pemberian informasi
dan nasehat tentang masalah seks di Berlin Institute for sexsual science. Pusat
informasi dan advis yang sama didirikan pula di Vienna pada tahun 1922 oleh Karl
Kautsky dan kemudian pusat lain didiikan lagi di Berlin tahun 1924. Tokoh
yang ulung dalam bidang pendidikan kehidupan perkawianan dan keluarga pada awal
sejarah masa lalu ialah Ernest Rutherford Groves (1877-1948). Groves
memiliki karir dalam pendidikan tinggi, dia mengajar pada University of New
Hampshire dan pernah menjadi dekan fakultas seni dan ilmu pengetahuan
dari tahun 1915-1920.
Pusat
konseling kedua dibuka di Los Angeles ada tahun 1930 (konseling perkawinan dan
keluarga yang kedua di AS) dengan nama The American Institute of family
Relations yang dipimpin oleh Dr. Paul Popence. Kemudian pada ahun
yang sama berdiri lagi The Marriage Council of Philadelphia dibawah
pimpinan Dr. Emily Mudd dengan tujun memberikan konseling perkawinan dan
keluarga.
2)
Sejarah
baru Konseling Keluarga.
Istilah
family counseling (konseling keluarga) sama dengan family therapy, dimana yang
terakhir itu lebih populer di AS. Sebabnya pada masa perkembangan selnajutnya
konseling keluarga lebih banyak digarap oleh para terapis dibidang psikiatri.
Sebelumnya di AS lebih terkenal istilah family counseling (konseling keluarga),
karena pelopornya adalah para sosiolog seperti Groves. Dekade 60-an adalah
dekade anak dan remaja dalam gerakan family therapy (Olso et. A 1980). Jelasnya
pada dekade ini muncul pengujian ide-ide dalam literature dan perkembangan
family therapy secara nasional di AS.
3)
Sejarah
Konseling Keluarga di Indonesia.
Perkembangan
konseling keluarga di Indonesia tertimbun oleh semaraknya perkembangan
bimbingan dan konseling di sekolah. Namun sejak awal, melulusan BK ini memang
sangat sedikit, sehingga sekolah mengambil kebijakan menjadi guru biasa
merangkap BK. Mengenai kasus keluarga, banyak juga di temukan di sekolah
seperti siswa yang menyendiri dan suka bermenung. Selidik punya selidik
ternyata keluarganya berantakan, misalnya ayah dan ibunya bertengkar dan
bercerai.[1]
B.
Pendekatan
keluarga dengan pendekatan sistem.
1).
Perspektif sistem dalam Keluarga.
Perubahan paradigma konseling
keluarga telah terjadi, yaitu sejak pandangan bahwa klien bermasalah bersumber dari
gejala intrapsikik pribadinya, kemudian muncul pandangan bahwa masalah klien
bukan masalah pribadi atau intrapsikik, tetapi merupakan masalah keluarga
(keluarga sebagai sistem ). Menurut teori sistem ada dua perspektif yaitu
sistem tertutup, (closed system) dan sistem terbuka, (open system). Sistem
tertutup adalah suatu sistem yang tidak terpengaruh oleh dunia luer. Demikian
pula ia tidak bisa mempengaruhi dunia luar, misalnya sistem mesin mobil, motor
mesin kereta api, dan sebagainya. Sedangkan sistem terbuka adalah suatu sistem
yang dapat dipengaruhi oleh dunia luar . sebaliknya mungkin saja dia dapat
mempengaruhi dunia luar tersebut. Sebagai contoh sistem keluarga,
sekolah/universitas, departemen dan sebagainya.[2]
C.
Memahami
Konseling Keluarga.
A.
Latar Belakang
Konseling Keluarga.
1.
Perubahan Kehidupan Keluarga.
Dengan
berakhirnya perangb dunia II maka terjadilah perubahan dalam sosio-kultur dalam
masyrakat AS. Pengaruh tersebut menggejala pula terhadap keluarga, dan
anggota-anggotanya. Sehubungan dengan hal tersebut, keluarga mendapat
tangtangan dan tekanan dari luar dan dalam dirinya sedangkan keluarga itu harus
tetap bertahan. Kemajuan disegala bidang, terutama ilmu dan teknologi terasa
pula dampaknya terhadap keluarga di Indonesia khususnya di kota-kota.[3]
2.
Keluarga Pecah (Broken Home).
Yang
dimaksud keluarga pecah (broken home) dapat dilihat dari dua aspek: 1. Keluarga
itu terpecah karena strukturnya tidak utuh, karena meninggal dunia, atau
bercerai. 2. Orang tua tidak bercerai akan tetapi struktur keluarga itu tidak
utuh lagi karena ayah atau ibu jarang ada di rumah, atau tidak memperlihatkan
kasih sayang lagi.
3.
Kasus Siswa di Sekolah.
Banyak
kasus siswa di sekolah yang bersumber dari keadaan keluarganya, misalnya
keluarga krisis. Biasanya jika ternyata memang kasus itu berkaitan erat dengan
masalah keluarga, maka guru pembimbing (GP) akan berusahamelakukan kunjungan
rumah (home visit).[4]
4.
Konseling Keluarga dan
Sekolah.
Keluarga
dan sekolah merupakan dua sistem yang amat penting didalam kehidupan anak dan remaja.
Keluarga berperan utama adalam mempengaruhi anak-anak dalam proses perkembangan
dan sosialisasinya. Kemudian sekolah tidak hanya mengembangkan keterampilan
kognitif, akan tetapi juga mempengaruhi perkembangan perilaku emosional dan
sosial. Untuk selanjutnya anak dipengaruhi oleh dua sistem itu.[5]
B.
Pengertian Konseling Keluarga.
Family
Conseling atau
konseling keluarga adalah upaya bantuan yang diberikan kepada individu anggota
keluarga melalui sistem keluarga (pembenahan komunikasi keluarga) agar potensinya
berkembang seoptimal mungkin dan masalahnya dapat diatasi atas dasar kemauan
membantu dari semua anggota keluarga berdasarkan kerelaan dan kecintaan
terhadap keluarga.
4.
Teori-teori konseling.
Pendekatan
konseling merupakan teori yang mendasari sesuatu kegiatan dan praktik
konseling. Pendekatan itu dirasakan penting karena jika kita mempunyai
pemahaman berbagai pendekatan atau teori-teori konseling, maka akan memudahkan
kita dalam menentukan arah proses konseling. Sebagaimana telah dikemukakan di
atas, khusus dalam konseling keluarga, maka bersama ini akan dikemukakan
beberapa teori konseling yang terkenal di dunia :
1.
Pendekatan Psikoanalisis.
Sigmund
Freud 1896, sebagai pendiri aliran ini mengemukakan pandangannya bahwa struktur
kejiwaan manusia sebagian besar terdiri dari alam ketidaksadaran. Alam
kesadaran dapat diumpamakan puncak gunung es yang muncul di tengah laut,
sedanhkan sebagian besar gunumg es yang terbenam itu adalah alam ketaksadaran manusia.
Struktur kepribadian menurut Freud terdiri dari id, ego dan super ego.
a.
Tujuan konseling psikoanalis.
Tujuan konseling
aliran psikoanalisa adalah untuk membentuk kembali struktur kepribadian klien
dengan jalan mengembalikan hal yang tidak disadari menjadi sadar kembali.
b.
Teknik konseling psikoanalis.
Ada lima teknik
dasar dari konseling psikoanalisis yaitu:
a)
Asosiasi bebas, yaitu klien
diupayakan untuk menjernihkan atau mengikis alam pemikirannya dari alam
pengalaman dan pemikiran sehari-hari sekarng ini sehingga klien mudah
mengungkapkan masa lalunya.
b)
Interpretasi, teknik yang
digunakan konselor untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi dan
transferensi klien.
c)
Analisis mimpi, yaitu
teknik untuk membuka hal-hal yang tak disadari dan memberi kesempatan
klien untuk menilik masalah-masalah yang belum terpecahkan.
d)
Analisis resistensi,
ditujukan untuk menyadarkan meminta perhatian klien untuk menyadarkan klien
terhadap alasan-alasan terjadinya resistensi.
e)
Analisis transferensi,
konselor mengusahakan agar klien mengembangkan transferensinya agar terungkap
neorosisnya terutama pada usia selama lima tahun pertama dalam hidupnya.[6]
2.
Terapi Terpusat pada Klien (Client-Centered
Therapy).
Client-Centered
Therapy sering
juga disebut terapi non-directive adalah suatu metode perawatan psikis yang
dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dan klien, agar tercipta
gambaran yang serasi dengan kenyataan klien yang sebenarnya.
a.
Proses konseling.
Berikut
ini akan dikemukakan tahp-tahap konseling terapi terpusat pasda klien :
a)
Klien datang kepada konselor
atas kemauan sendiri.
b)
Situasi konseling sejak awal
harus menjadi tanggung jawab klien untuk itu konselor menyadarkan klien.
c)
Konselor memberanikan klien
agar ia mampu mengemukaan prasaannya.
d)
Konselor menerima perasaan
klien serta memahaminya.
e)
Konselor berusaha agar klien
dapat memahami dan menerima keadaan dirinya.
f)
Klien menentukan pilihan
sikap dan tindakan yang akan diambil (perencanaan).
g)
Klien merealisasikan
pilihannya itu.
b.
Teknik konseling.
Penekanan
masalah ini adalah dalam hal filosofi dan sikap konselor ketimbang teknik, dan
mengutamakan hubungan konseling ketimbang perkataan dan perbuatan konselor.
Karena itu penggunaan teknik seperti pertanyaan, memberanikan, interpretasi,
dan sugesti dipakai dalam frekuensi rendah. Yang lebih utama ialah pemakaian
teknik konseling bervariasi dengan tujuan pelaksanaan filosofi dan sikap tadi.
Karena itu teknik konseling Rogers berkisar antara lain pada cara-cara
penerimaan pernyataan dan komunikasi, menghargai orang lain, dan memahaminya
(klien).
3.
Terapi Gestalt.
Terapi
ini dikembangkan oleh Federick S. Pearl (1894-1970) yang didasari oleh empat
aliran yakni psikoanalisa, penomenologis, dan eksistensialisme serta psikologi
gestal Menurut Parls individu itu selalu aktif sebagai keseluruhan. Individu
bukanlah jumlah dari bagian-bagian atau organ-organ semata. Individu yang sehat
adalah yang seimbang antra ikatan organisme dengan lingkungan. Karena itu
pertentangan antara keberadaan sosial dengan biologis merupakan konsep dasar
terapi gestalt.
a.
Tujuan konseling
Menurut teori
gestalt tujuan konseling adalah membantu klien menjadi individu yang merdeka,
berdiri sendiri. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan :
1.
Usaha membantu penyadaran
klien tentang apa yang dilakukannya.
2.
Membantu penyadaran tentang
penyadaran tentang hambatan dirinya.
3.
Membantu klien untuk
menghilangkan hambatan dalam pengembangan penyadaran
4.
Terapi Behavioral.
Terapi
behavioral berasal dari dua arah konsep yakni Pavlovian dan Skinnerian.
Mula-mula terapi ini dikembangkan oleh Wolpe (1958) untuk menanggulangi
treatment neurosis. Kontribusi terbesar dari konseling behavioral (perilaku)
adalah diperkenalkannya metode ilmiah dibidang psikoterapi. Yaitu bagaimana
memodifikasi perilaku melalui rekayasa lingkungan sehingga terjadi proses
belajar untuk perubahan perilaku.
5.
Logotherapy Frankl.
Tujuan
dari terapi logo ialah agar dalam masalah yang dihadapi klien dia bisa
menemukan makna dari penderitaan dari kehidupan serta cinta. Dengan penemuan
itu klien akan dapat membantu dirinya sehingga bebas dari masalah tersebut. Ada
pu teknik konseling logo, masih menginduk kepada aliran psikoanalisis, akan
tetapi menganut paham eksistensialisme. Mengenai teknik konselingnya,
menggunakan semua teknik yang sekiranya sesuai dengan kasus yang dihadapi.
a.
Tujuan terapi.
Terapi logo bertujuan agar dalam masalah
yang dihadapi klien dan bisa menemukan makna dari penderitaan dan kehidup an serta cinta. Dengan penemuan itu
klien akan dapat membantu dirinya sehingga bebas dari masalah tersebut.
b.
Teknik konseling
Terapi logo masih menginduk kepada aliran
psikoanalisis, akan tetapi menganut paham eksistensialisme. Mengenai teknik
konseling, digunakan semua teknik yang kiranya sesuai dengan kasus yang
dihadapi. Tampaknya kemampuan menggali hal-hal yang bermakna dari klien.
6.
Rational Emotiv Therapy (RET).
Teori
ini dikembangkan seorang eksitensialis Albert Ellis 1962. Teori ini memandang
bahwa manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan sadar akan objek-objek
yang dihadapinya. Manusia adalah makhluk berbuat dan berkembang dan merupakan
individu dalam satu kesatuan yang berarti, manusia bebas, berpikir, bernafsu,
dan berkehendak. RET menolak aliran psikoanalisis dengan mengatakan bahwa
peristiwa dan pengalaman individu menyebabkan terjadinya gangguan emosional.
Gangguan emosi terjadi disebabkan pikiran-pikiran seorang yang bersifat
irasional terhadap peristiwa dan pengalaman yang dilaluinya.
a.
Tujuan terapi.
RET bertujun untuk
memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi cara berfikir, keyakinan serta
pandangan klien yang irrasional menjadi rasional, sehinga ia dapat
mengembangkan diri dan mencapai realisasi diri yang optimal.
b.
Proses terapi.
1.
Konselor berusaha menunjukkan
klien kesulitan yang dihadapi sangat berhubungan dengan keyakinan irrasional,
dan menunjukkan bagaimana klien harus bersikap rasioanl dan mampu memisahkan
keyakinan irrasional dengan rasional.
2.
Setelah klien menyadari
gangguan emosional yang bersumber dari pemikiran irrasional, maka konselor menunjukan
pemikiran klien yang irrasional, serta klien berusaha mengubah kepada keyakinan
rasional.
3.
Konselor berusaha agar klien
menghindarkan diri dari ide-ide irrasionalnya, dan konselor berusaha
menghubungkan antara ide tersebut dengan proses penyalahan dan perusakan diri.
4.
Proses terakhir konseling
adalah konselor berusaha menantang klien untuk mengebangkan filosofis kehidupan
yang rasional, dan menolak kehidupan yang irrasional dan fiktif.[7]
Layanan konseling
RET terdiri atas layanan individu dan kelompok. Sedangkan teknik-teknik yang
digunakan lebih banyak dari RET adalah: asertive training, (melatih dan
membiasakan), sosiodrama (sandiwara pendek tentang kehidupan), self modeling
(konselor menjadi model dan klien berjanji akan mengikuti), teknik
reinforcement (memberi reward), social modeling, desensitisasi sistimatik,
relaxatation, self-control, diskusi, simulasi, homework assignment, dan
bibligrafi (memberi bahan bacaan).[8]
I.
KESIMPULAN
Problem-problem relasi dalam keluarga dapat dipecahkan
melalui proses konseling keluarga yang mencakup seluruh keluarga. Perubahan
paradigma konseling keluarga telah terjadi, yaitu sejak pandangan bahwa klien
bermasalah bersumber dari gejala intrapsikik pribadinya. Pendekatan konseling
merupakan teori yang mendasari sesuatu kegiatan dan praktik konseling,
Pendekatan itu dirasakan penting karena jika kita mempunyai pemahaman berbagai
pendekatan atau teori-teori konseling, maka akan memudahkan kita dalam
menentukan arah proses konseling.
[1] Sofyan S. Willis, Konseling Keluarga, Bandung : ALFABETA,
2008, hlm. 24-27
[2] Sofyan S. Willis, Konseling Keluarga, Bandung : ALFABETA,
2008, hlm. 43
[3] tthps://aderahmatillahconseling.wordpress.com/bimbingan-konseling-keluarga/ di akses 16 april 2016
pukul 10.30 WIB
[4] Sofyan S. Willis, Konseling Keluarga, Bandung : ALFABETA,
2008, hlm 66-67
[5] tthps://aderahmatillahconseling.wordpress.com/bimbingan-konseling-keluarga/ di akses 16 april 2016
pukul 10.30 WIB
[6] tthps://aderahmatillahconseling.wordpress.com/bimbingan-konseling-keluarga/ di akses 16 april 2016
pukul 10.30 WIB
[7] Sofyan S. Willis, Konseling Keluarga, Bandung : ALFABETA,
2008, hlm. 92-111
[8] tthps://aderahmatillahconseling.wordpress.com/bimbingan-konseling-keluarga/ di akses 16 april 2016
pukul 10.30 WIB
Komentar
Posting Komentar