Mantu Tebu



Mantu Tebu di Pangkah, Kecamatan Slawi Tegal

Tegal dikenal dengan produksi the dan gulanya. Banyak  terdapat pabrik-pabrik gula besar peninggalan zaman penjajahan Belanda hampir di seluruh kecamatannya. Yang akan saya bahas disini adalah upacara cembeng atau yang biasa dikenal dengan manten tebu yang merupakan salah satu kebudayaan khas Tegal.
Menjelang musim giling tebu, ada pemandangan nik di sekitar pabrik gula kdi kawasan Tegal, Jawa Tengah. Warga sekitar menggelar Cembeng atau upacara pengantin tebu. Tradisi ini dikenal sejak industi tebu yang mulai beroperasi sekitar tahun 1800an. Konon saat proses penggilingan selalu memakan korban manusia. Disebukan bahwa ada seorang dewa yang menguasai tanaman tebu, yaitu Dewa Dantin. Karenanya, sebelum menggiling tebu yang berarti menghancurkan tebu-tebu tersebut menjadi butiran-butiran gula masyarakat harus meminta izin terlebih dahulu pada Dewa Datin. Sejak itulah warga sekitar mempercayai mistik. Untuk mengantisipasi jatuhnya korban, warga menggelar upacara tersebut.
Upacara dimulai dengan mengarak sepasang pengantin tebu yang diwakili pasangan boneka yang bernama Gembong Wuluh dan Siti Barokah. Boneka pengantin juga dihiasi dengan jajanan pasar. Kemudian diletakkan boneka diatas mesin tersebut yang terbuat dari pohon tebu yang paling baik agar pohon tebu lainnya yang akan digiling bisa berkualitas seperti kualitas boneka itu.  Kedua boneka yang didandani layaknya pengantin itu diarak dari kebun tebu di Desa Balamoa menuju pabrik Gula Pangkah. Disamping kedua boneka ditaruh beberapa tebu yang diberi nama petani penggarap sawah tebu yang akan menggiling hasil panennya di pabrik gula.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebi 1km, tebu-tebu yang mewakili petani tebu dimasukan ke dalam mesin penggilingan tebu. Tebu-tebu tersebut diibaratkan sebagai para petani dan karyawan pabrik yang akan ikut berpartisipasi dalam penggilingan. Setelah semua tebu digiling, sepasang pengantin tebu ini dimasukan ke dalam peggilingan. Dengan dimasukannya tebu-teb tersebut, diharapkan tidak akan ada korban.
Tradisi ini dilakukan sebagai rasa syukur kepada Tuhan  atas hasil panenan tebu yang diperoleh, selain itu juga sebagai symbol permohonan berkah dan keselamatan untuk memproses (menggiling) tebu menjadi gula, dan agar hasil panen lebih meningkat lagi di masa mendatang. Yan dilaksanakan pada bulan April-MeiDengan dipimpin tokoh adat setempat dan dimeriahkan oleh semua masyarakat Tegal dari berbagai kalangan sosial, yaitu petani tebu, tokoh masyarakat serta pejabat pemerintah ritual pengantin tebu dimulai. Dua batang tebu disiapkan, kedua batang tebu tersebut merupakan pengantin pria dan pengantin wanita. Selain itu di siapkan juga para tebu penggiring. Saat melakukan kirab/giring tebu juga diiringi beberapa orang berpakaian ala jawa dengan menggunakan beskap. Tradisi pengantin tebu juga dimeriahkan oleh atraksi seni seperti jaranan, gending jawa, pasar kaget.





Komentar